Assalamualaikum Wr Wb
Sebagian orang yang cinta akan gemerlap dunia memang tidak akan ada puas nya, maka dari itu didiklah para istri-istri kalian dan keluarga kalian agar tidak terjatuh pada lubang cinta dunia.

Di nukil dari kitab AzWaja hal 33
Mari kita simak dan kita ambil faedah dari pada kisah dibawah ini:

Suatu hari istri syekh Ibnu Hajar al Haitami ( salah satu Mujtahid fatwa dari Syafi'iyyah dan penulis Kitab Tuhfatul Muhtaj ) mengutarakan keinginannya untuk mandi air hangat (spa) di pemandian setempat, lalu syekh berkata: 

"istriku, sabarlah sebentar sampai saya mengumpulkan uang untuk masuk ke-pemandian air hangat".

Setelah berhari2 Syekh Ibnu Hajar menyisihkan uang sedikit demi sedikit hingga mencapai setengah riyal ( tarif masuk pemandian air hangat pada zaman itu) lalu uang itu diserahkan kepada istrinya. Sang istri pun sangat senang dan ia segera berpamitan beranjak pergi ke tempat pemandian air hangat. Setelah sampai ditempat pemandian, ia segera mencari penjaga loket agar dibukakan pintu masuk untuknya, namun penjaga loket tak mau membukakannya seraya berkata: 

maaf bu, untuk hari ini saya tidak membuka tempat pemandian untuk umum sebab hari ini, pemandian ini sudah diboking oleh istrinya imam Ramli (penulis Kitab Nihayatul Muhtaj) beserta rombongan santri putrinya, saya telah menerima chas 25 riyal sesuai pendapatan dari pemandian ini untuk sehari penuh, beliau juga berpesan agar hari ini tidak membukakan pintu untuk siapapun. Bila ibu berkenan untuk mandi air hangat maka silahkan datang besok saja.

Dengan penuh rasa kecewa yang amat dalam istri Syekh Ibnu Hajar pun kembali kerumahnya, sesampainya di rumah ia langsung menggerutu kepada sang suami sambil meluapkan emosi ala emak2: ilmu yang sempurna itu sebenarnya ilmunya Muhammad Ramli, dimana istri beserta santri2 putrinya memboking pemandian air hangat seharian penuh, lalu apa ilmu yang anda miliki? 
Tidak ada apa2nya kecuali kefakiran & kepayahan, ilmu anda tak mnghasilkan apapun, ini saya kembalikan uang yang tlah engkau kumpulkan berhari2.

Setelah syekh ibnu Hajar mendengarkan keluhan istrinya, ia berkata dengan penuh kelembutan: istriku, saya tidaklah mengharap harta duniawi, saya ridho dengan apa yang digariskan oleh sang pencipta, seandainya kamu ingin bergelimang dengan harta benda, mari ikut saya ke sumur zamzam.

Lalu keduanya berangkat ke sumur zamzam, sesampainya disumur zamzam, kemudian Syekh memasukan timba kedalam sumur zamzam, syahdan, setelah timba tsb diangkat ternyata dipenuhi dinar (mata uang emas), lalu syekh bertanya pada istrinya: apakah ini sudah cukup?, Belum cukup, kata istrinya.

Syekh ibnu hajar pun menimba yang kedua kalinya, setelah diangkat timba tsb dipenuhi dengan dinar, lalu syekh bertanya: apakah ini sudah cukup? Kata istrinya: satu kali lagi bah, lalu syekh pun menimba yang ketiga kalinya dan timba tsb dipenuhi mata uang dinar.

Kemudian syekh berkata pada istrinya: saya lebih suka hidup fekir atas kemauan saya, saya memilih untuk diriku sesuatu yang dikehendaki Allah sedangkan harta duniawi itu bagiku sama saja baik singgah maupun tidak, karna duniawi itu pahit rasanya, usianya pendek & kehidupannya nista.

Sekarang pilihlah diantara dua hal: yang pertama; kembalikan semua emas itu kedalam sumur zamzam & kamu tetap menjadi istriku, atau yang kedua; ambillah semua emas itu & pulanglah ke rumah ortumu lalu terimalah talak dariku.

Lalu sang istri berkata: bah, sekali2 ya saya punya uang banyak seperti orang2 pada umumnya. tidak; kata Syekh ibnu Hajar.
Bah, saya kembalikan yang satu timba saja ya; kata istri. tidak; jawab Syekh.
Ya udah saya balikin dua timba & saya simpan satu timba saja; pinta istri, tidak; jawab Syekh.
Saya ambil satu dinar (2 juta) untuk bersenang2 hari ini saja; rayu istri, tidak, kembalikan semuanya kedalam sumur atau kau ambil semuanya lalu pulanglah ke-ortumu & ambillah talak dariku; jawab syekh.

Dengan berat hati sang istri pun menuruti ucapan syekh seraya berkata: iya bah saya kembalikan semua emas ini kedalam sumur, saya ndak mau pisah denganmu, kan kita sudah mengarungi bahtera rumah tangga bertahun2 maka saya akan bersabar untuk tidak tergoda dengan gemerlapnya harta duniawi.

Dari kisah diatas sudah jelas bahwa Syekh Ibnu Hajar memang tidak ingin terlena dan menutup mata nya akan gemerlap nya dunia ya g fana ini. Maka dari itu beliau pun mendidik sang istri agar tidak cinta dunia walau sedikit saja. Subhanallah

Semoga kita semua bisa meniru dan mendidik sanak keluarga kita agar tidak cinta dunia dan hanya mencari Ridho Allah semata.

Wassalamu'alaikum Wr Wb

Post a Comment

Previous Post Next Post